Menyiasati Anak Sulit Makan
Akhir-akhir
ini si kecil malas makan. Setiap kali hendak disuapi, mulutnya ditutup rapat-rapat
sambil menggelengkan kepala dan telapaktangannya direntangkan ke depan sambil
digerakkan ke kiri dan ke kanan. Terkadang si kecil mengelak disuapi dengan
berlari ke sana kemari. Anda pernah mengalami masalah seperti ini? Terbayang, ‘kan,
betapa repotnya?
Problem
anak tidak mau makan atau sering disebut dengan istilah picky
eater, seringkali membuat orang tua risau. Masa kanak-kanak,
terutama usia batita, merupakan masa emas pertumbuhan. Asupan gizi yang lengkap
akan mempengaruhi kesempurnaan tumbuh kembang anak yang kelak menjadi bekal
baginya untuk menjadi orang yang sehat, kuat, lagi cerdas. Jika pada masa-masa
ini anak tidak mendapatkan asupan gizi yang cukup, dikhawatirkan tumbuh kembangnya
menjadi tidak optimal.
Makan
merupakan kebutuhan pokok setiap makhluk hidup dan menjadi sumber energi untuk
dapat melakukan berbagai aktivitas. Rasa lapar merupakan alarm yang
mengingatkan tubuh untuk segera mengisi perut dengan makanan agar badan tidak
lemas. Maka, sebenarnya anak yang sehat dan normal tidak akan membiarkan
dirinya kelaparan karena mereka butuh pasokan energi untuk bergerak ke sana ke
mari, berlari, memanjat, belajar, dan bermain. Dengan kata lain, bila anak
sulit makan berarti tubuhnya sedang mengalami masalah
Ada
beberapa poin yang perlu dicermati dalam menghadapi anak yang sulit makan,
yakni:
- Pastikan bahwa anak memang betul-betul sulit makan. Anak yang tidak mau makan belum tentu mengalami sulit makan. Mungkin kala itu ia tidak suka dengan menu yang disajikan atau sudah kenyang dengan susu atau makanan kecil.
- Cari tahu apa yang menyebabkan anak sulit makan, apakah karena ada masalah fisik (medis), masalah psikis, atau keduanya.
- Cermati apakah ada komplikasi yang terjadi
- Obati masalah sulit makan sesuai dengan penyebabnya,
- Berkonsultasilah dengan dokter anak atau psikolog anak untuk mendapatkan solusi yang tepat.
Gejala dan Penyebab
Si kecil dikatakan sulit
makan ketika tidak mau atau menolak untuk makan, atau ia mengalami kesulitan
mengonsumsi makanan dan minuman secara fisiologis dengan jumlah yang wajar
sesuai dengan usianya. Kesulitan mengonsumsi makanan ini dilihat mulai dari si
anak membuka mulutnya tanpa paksaan, mengunyah, menelan, hingga makanan tersebut
terserap di organ pencernaan secara baik tanpa bantuan pemberian vitamin dan
obat tertentu. Anak-anak yang mengalami kesulitan makan biasanya menunjukkan
gejala-gejala berikut:
- Kesulitan mengunyah, mengisap, menelan makanan atau hanya bisa makan makanan lunak atau cair.
- Memuntahkan atau menyembur-nyemburkan makanan yang sudah masuk di mulut
- Makan berlama-lama dan suka memainkan makanan.
- Sama sekali tidak mau memasukkan makanan ke dalam mulut atau menutup mulut rapat-rapat
- Memuntahkan atau menumpahkan makanan, menepis suapan dari orang yang menyuapinya
- Tidak menyukai banyak variasi makanan.
- Memiliki kebiasaan makan yang aneh.
Sulit
makan terjadi karena banyak sebab. Ahli medis membedakannya dalam tiga faktor
utama sebagai berikut:
1.
Hilang nafsu makan
2.
Gangguan proses makan di mulut
3.
Gangguan psikologis.
Faktor-faktor
penyebab sulit makan ini berdiri sendiri, namun seringkali seorang anak
mengalami lebih dari satu faktor. Dari ketiga faktor di atas, berkurang atau
hilang nafsu makan merupakan menjadi penyebab utama mengapa anak menjadi malas
makan. Ini berkaitan erat dengan adanya gangguan pada fungsi saluran
pencernaan. Anak-anak yang saluran pencernaannya bermasalah biasanya mengalami
keluhan perut kembung, cegukan, sering buang angin, mual atau muntah bila
disuapi makanan, dan nyeri perut sesaat yang hilang timbul. Seringkali gangguan
fungsi saluran pencernaan ini diikuti dengan gangguan perilaku, seperti anak
jadi terlalu aktif, gelisah ketika tidur malam, dan mengalami gangguan
konsentrasi
Gangguan
proses makan di mulut terjadi mulai dari fase anak memasukkanmakanankemulut,
berlanjutdenganmengunyah, kemudian menelan makanan. Yang paling sering terjadi
adalah gangguan pada fase mengunyah. Penyebabnya antara lain karena tumbuh gigi
atau sariawan. Gangguan psikologis juga dapat memengaruhi nafsu makan. Keluarga
yang tidak harmonis, sering berbeda pendapat, dan saling menjelekkan satu sama
lain akan membuat anak merasa tertekan dan stres sehingga membuat nafsu
makannya hilang. Bisa juga anak malas makan karena pernah mengalami trauma
sewaktu dipaksa makan
Solusi dan Antisipasi
Sulit makan mesti diatasi
sesegera mungkin agar tidak terjadi komplikasi yang mengganggu tumbuh kembang
anak. Adanya komplikasi bisa ditandai dengan berat badan anak tidak kunjung
bertambah, bahkan mungkin berkurang. Anak di atas usia 2 tahun seharusnya
mengalami kenaikan berat badan sebesar 2 kg dalam setahun. Nah, berikut ini
tindakan-tindakan yang dapat dilakukan oleh orang tua dalam menyiasati anak
yang sulit makan:
- Bila sulit makan berpangkal pada masalah trauma, missal karena kejadian tertentu, atau karena masalah medis, berkonsultasilah dengan dokter anak Anda untuk mencari solusinya.
- Hindari menyuapkan makanan secara paksa kepada si kecil. Ini bisa membuatnya trauma dan malah membuatnya semakin tidak mau makan. Siasati dengan meletakkan makanan di tangan anak atau di tempat yang bisa dipungutnya. Barangkali si kecil ingin menyuap sendiri makanan ke mulutnya. Kenali makanan kesukaan anak. Misalkan anak suka kerupuk, maka jadikan kerupuk sebagai “senjata” untuk membuat anak mau membuka mulut untuk disuapi.
- Anak mudah bosan. Ubahlah tampilan dan rasa makan agar seleranya muncul untuk makan. Berilah anak variasi makanan, yang penting kandungan gizinya seimbang.
- Berikan susu. Susu mengandung nutrisi penting dan lengkap. Namun jangan sampai waktu pemberiannya berdekatan dengan jam makan karena susu mengenyangkan perut.
- Perbanyak makanan kecil yang sehat dan bergizi untuk mengimbangi porsi makan yang kurang. Anak yang sulit makan perlu diberi suplemen Calcium Powder For Children (kalsium 3) dan Zinc Capsules untuk melengkapi asupan nutrisinya dan mengembalikan nafsu makannya. Sebagai antisipasi, dua suplemen ini dapat diberikan pada anak sebelum masalah sulit makan terjadi.